Tugas 2 (ke-1)
Qatar menempati urutan pertama sebagai negara terkaya
di dunia dengan pendapatan per kapita sebesar US$90.149 atau Rp811 juta per
tahun pada 2010. Qatar merupakan salah satu negara kaya minyak dan gas di
kawasan Timur Tengah, bahkan merupakan eksportir gas terbesar di dunia. Total
luas wilayah 11.586 kilometer persegi dengan jumlah penduduk hanya 1,15 juta
jiwa pada 2009.
Yang menarik, Qatar merupakan satu-satunya wakil dari
wilayah Arab yang berada di jajaran 10 negara terkaya dunia. Total cadangan
devisa hanya US$19,8 miliar pada November 2009. Dengan produk domestik bruto
US$52,7 miliar pada 2008, perekonomian Qatar mengandalkan pada industri yang
bertumpu pada industri minyak dan gas.
Pendapatan
perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara, yang
diperoleh dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah
penduduk negara tersebut. Biasanya, pendapatan perkapita sering disebut dengan
PDB (produk domestik bruto) perkapita.
Produk
domestik bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi
oleh suatu negara pada periode tertentu. PDB merupakan salah satu metode untuk
menghitung pendapatan nasional.
Kementerian Perencanaan
Pembangunan dan Statistik Qatar (Ministry of Development
Planning and Statistics / MDPS) mengumumkan data PDB untuk kuartal
ke-tiga tahun 2016 pekan lalu. Pertumbuhan PDB riil meningkat dari 1,8% pada
kuartal dua menjadi 3,7% pada kuartal tiga yang disebabkan oleh pemulihan pada
sektor hidrokarbon. Hasilnya, pertumbuhan di tiga kuartal pertama tahun 2016
mencapai rata-rata 2,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kami
memperkirakan pertumbuhan akan kembali menguat yang didorong oleh sektor
non-hidrokarbon sebagai hasil dari berkurangnya beban dari sektor manufaktur,
meningkatnya belanja modal pemerintah dan pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Real GDP PDB Riil
(% perubahan year-on-year)
Sumber: MDPS, Haver Analytics and QNB
Economics
Sektor
hidrokarbon pulih dari kontraksi sebesar 2,0% year-on-year pada
semester pertama tahun 2016 hingga tumbuh sebesar 2,7% year-on-year pada kuartal tiga tahun 2016. Data
menunjukkan bahwa produksi minyak mentah, yang menyumbang sekitar sepertiga
dari sektor hidrokarbon, bergerak ke arah yang berlawanan, meningkat di
semester pertama dan mengalami penurunan pada kuartal tiga secara year-on-year.
Produksi gas alam dan zat cair terkait lain lebih besar daripada minyak mentah,
yang menyumbang dua pertiga dari sektor hidrokarbon. Kami dapat menyimpulkan
bahwa pendorong utama PDB hidrokarbon adalah turunnya produksi gas alam pada
semester pertama tahun 2016 diikuti oleh pemulihan di kuartal tiga. Hal ini
mungkin akibat dari perawatan rutin beberapa kereta api yang digunakan untuk
gas alam cair Qatar pada paruh pertama tahun tersebut, di mana produksi kembali
pulih setelah kereta api tersebut kembali dipakai pada kuartal tiga.
Pertumbuhan di
sektor non-hidrokarbon melambat menjadi 4,7% year-on-year pada
kuartal tiga tahun 2016 dari 5,6% pada semester pertama tahun 2016. Hambatan
utama pertumbuhan adalah sektor manufaktur, yang menurun sebesar 1,3% year-on-year.
Kembali ke tahun 2014, penurunan harga minyak pada pertengahan tahun yang
menyebabkan pembatalan sejumlah proyek petrokimia, yang merupakan kontributor
utama pertumbuhan manufaktur. Sebagai hasil dari penurunan investasi pada
bisnis petrokimia, kinerja sektor manufaktur telah menurun sejak 2014. Namun,
sejumlah sektor non-hidrokarbon lainnya mempertahankan tingkat pertumbuhan yang
relatif tinggi pada kuartal tiga tahun 2016. Sektor konstruksi merupakan
pendorong utama, tumbuh 12,4% year-on-year pada
kuartal tiga dan menyumbang 1,9 poin persentase (pps) terhadap pertumbuhan PDB
sektor non-hidrokarbon. Kinerja sejumlah sektor jasa juga membaik, seperti jasa
keuangan, yang berkontribusi sebesar 0,9 pps kepada pertumbuhan PDB sektor
non-hidrokarbon secara year-on-year, jasa layanan pemerintah (0,7 pps) dan
jasa real estate (0,5 pps).
Kami
memproyeksikan pertumbuhan PDB riil akan pulih pada tahun 2017-18 dengan sektor
non-hidrokarbon terus menjadi pendorong utama pertumbuhan dengan sejumlah
alasan sebagai berikut. Pertama, perlambatan di sektor non-hidrokarbon sebagian
disebabkan oleh hambatan dari sektor manufaktur, yang kami perkirakan akan
menurun.
Kedua, investasi
pemerintah diproyeksikan akan terus mendorong pertumbuhan. Anggaran pemerintah
yang diumumkan pada bulan Desember menunjukkan peningkatan belanja modal
sebesar 3,2% untuk tahun 2017 dan Kementerian Keuangan Qatar telah
mengisyaratkan niatnya untuk menandatangani kontrak multi-tahun sebesar QAR46
miliar pada tahun 2017, menambah persediaan sebesar QAR374 miliar dari total
anggaran proyek yang sedang berlangsung di Qatar (lihat Economic Commentary yang baru-baru ini kami tulis
berjudul, Qatar’s fiscal deficit
set to decline in 2017).
Ketiga,
investasi pemerintah akan terus menarik Sumber Daya Manusia ke Qatar yang
membutuhkan berbagai layanan dan meningkatkan permintaan agregat dalam
perekonomian. Data penduduk terbaru bulan Desember 2016 menunjukkan pertumbuhan
penduduk year-on-year sebesar
7,3%.
Yang terakhir,
prospek harga minyak telah membaik secara signifikan. Harga minyak saat ini
mencapai USD55/barel, 17% lebih tinggi dibanding kuartal ketiga tahun 2016 yang
mencapai rata-rata USD47/barel. Kami memproyeksikan harga minyak akan terus
naik ke tingkat USD60/barel jika pemotongan produksi oleh negara-negara OPEC
dan non-OPEC, yang baru-baru ini diumumkan, sepenuhnya diimplementasikan (lihat Economic Commentary yang baru-baru ini kami tulis
berjudul, Oil price forecasts up on
OPEC agreement, but implementation key). Harga minyak yang
lebih tinggi seharusnya dapat meningkatkan pendapatan pemerintah dan mendorong
rencana belanja modal serta mendukung sentimen, investasi dan belanja konsumen
di ekonomi yang lebih luas.
Dibandingkan
dengan tahun 2016, kami memperkirakan harga minyak akan terus menuju tren yang
positif pada tahun 2017-18, yang akan mendukung pemulihan pertumbuhan dengan
sektor non-hidrokarbon sebagai pendorong utama. Meskipun demikian, defisit
fiskal diperkirakan akan terus terjadi dan pemulihan cenderung moderat dengan
PDB riil diperkirakan mencapai 3,8% pada tahun 2017 dan 4,1% pada tahun 2018.
SUMBER :
Anggota kelompok :
Hanuf Riris Pratiwi
Liah Sumarliah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar